Baru-baru ini
kita dibuat tercengang ketika menyaksikan berita di televisi tentang
pembunuhan berencana yang dilakukan terhadap mantan kekasih. Ya, kisah
yang dialami oleh Ade Sara yang menjadi korban atas kesadisan mantan
kekasihnya, Hafidt yang dilakukan bersama pacar baru yang juga teman
lama Ade, Asshifa.
Diketahui bahwa
motif pembunuhan tersebut didasari karena korban memutuskan untuk
mengakhiri kisah asrama bersama pelaku pembunuhan. Tidak diterima,
akhirnya mantan pacar memutuskan mengakhiri nyawa korban bersama Asshifa
yang juga ingin mengakhiri nyawa korban agar hubungannya bersama hafidt
bisa berjalan lancer tanpa gangguan. Hanya karena dasar itu lalu jalan
membunuh menjadi jalan ampuh? Sungguh diluar akal sehat!
Masih hangat
pemberitaan ini di telinga kita yang hingga kini masih terngiang-ngiang,
ada kabar lain yang datang menghampiri saya yang menimpa teman kuliah
saya sendiri. Saya dan teman-teman kuliah menjalin hubungan perteman
dengan baik satu sama lain. Kami berteman cukup akrab sehingga ketika
seorang teman bertemu dengan teman lainnya, hal pertama yang ditanyakan
adalah kabar.
Salah seorang
teman perempuan saya itu ternyata juga menjadi korban atas “kehilangan
akal sehat” dari seseorang yang pernah menyatakan cinta dan rasa sayang
kepadanya. Kejadian ini memang sudah terjadi beberapa minggu yang lewat.
Namun walau begitu sepertinya topik pembicaraan seperti ini tetap
menjadi hangat untuk dibicarakan. Walau kejadian yang dialami teman saya
itu sudah beberapa minggu yang lewat namun rasa sakitnya masih terasa
hingga kini.
Seperti apa
kronologi terjadinya aksi psikopat yang dialami teman saya itu. teman
saya kita kasih saja inisialnya ER dan teman lelaki yang melakukan
kekerasan terhadapnya dengan DN. ER pada suatu hari dihubungi oleh DN
melalui SMS untuk minta tolong diantarkan HP nya yang ketinggalan di kos
ER. Hp DN memang sudah sengaja ditinggal di kos ER. ER diminta untuk
mengantarkannya ke kampus dan mereka janjian untuk bertemu ditempat
yang sudah dijanjikan. Karena ER juga akan berangkat ke kampus maka ER
menyetujui permintaan DN. Lalu ER pun segera melaju ke kampus dengan
hanya berjalan kaki.
Tak jauh dari
gang kosannya ER, ternyata DN sudah menunggui kedatangan ER dengan
membawa motornya. Walau demikian ER masih belum menyadarinya. DN
mengajak ER untuk naik keatas motor dan ER langsung saja mengikuti
perintah dari DN.
Ketika motor
telah melaju, ternyata ER tidak mengarahkan motor kea rah kampus. Dan
lagi-lagi ER masih blum menyadari niatjahat DN. Mereka sebenarnya sudah
cukup lama berteman karena mereka berinteraksi dalam satu organisasi
yang sama. Itu sebabnya ketika ER mengetahui arah yang dituju tidak ke
kampus, ER hanya sekedar sempat bertanya namun DN tidak mengindahkan.
DN mengendarai
motor dengan cukup kencang hingga tibalah mereka di sebuah tempat sunyi
yang jarang sekali dilewati orang. Ketika sampai di TKP, DN langsung
menurunkan ER. Kemudian DN menabrakkan motornya ke tubuh ER. Tidak hanya
itu, DN juga memukul dan menendang tubuh ER. Hingga membuat ER
kesakitan dan kakinya sulit untuk dibawa berjalan.
Setelah DN puas
melihat penderitaan yang dialami ER, DN meninggalkan ER seorang diri di
tempat sunyi tersebut. Sebelum DN pergi meninggalkan ER, DN
sempat-sempatnya meninggalkan uang sebesar Rp. 2.000,-. Entah untuk apa
uang itu ditinggalkan DN untuk ER namum asumsi ER, uang itu ditinggalkan
DN untuk ER pulang. Mau pulang pakai apa coba?! Transjogja saja harga
tiketnya Rp. 3.000,- sekali jalan.
Ketika ER sudah
ditinggalkan seorang diri, ia berusaha sekuat tenaga mencari
pertolongan. Ia berjalan tertatih-tatih. Ketika ia berjalan mencoba
mencari bantuan, ada seorang ibu yang lewat pakai motor. ER mencoba
menghentikan ibu itu dan mencoba meyakinkan ibu itu bahwa itu baru saja
disiksa DN.
Awalnya ibu itu
sempat tidak percaya dengan apa yang dikatakan ER. Maklum saja saat ini
masyarakat kita sudah agak lebih hati-hati dan tidak mudah percaya
ketika ada orang yang mengaku meminta bantuan. Takut diapa-apakan atau
ditipu. Namun ER berusaha keras menyakinkan ibu itu dan akhirnya ibu itu
pun bisa diyakinkan. Ibu itu hanya bisa mengantarkan ER hingga ke
shelter Transjogja terdekat dari TKP karena ibu itu juga ada keperluan.
Itulah kronologi
penganiayaan yang dialami oleh teman saya sendiri. Kisah ini tidak
dibuat-buat, namun memang benar-benar dialami oleh teman yang saya
kenal. Kebetulan ER adalah perempuan yang cukup alim (rajin ibadah dan
taat beragama), gak neko-neko, pokoknya baik deh. Bekas penganiayaan
juga masih bisa terlihat di kaki ER sebagai bukti nyata penganiayaan
yang dialaminya.
ER sudah
menyampaikan apa yang dialaminya kepada pihak keluarga. Pihak keluarga
sudah menghubungi DN dan mengatakan bahwa jika kejadian serupa terulang
kembali maka pihak keluarga akan langsung melaporkan DN ke polisi.
Teman lelaki
yang selama ini dekat dan menjalin hubungan dengan ER menjauh dan hilang
kontak. Teman lelakinya ER itu sudah tidak ada kabar lagi semenjak
kejadian yang dialami ER. Kuat dugaan bahwa DN mengancam teman lelaki ER
untuk tidak lagi mendekati ER.
Kejadian seperti
ini sungguh merupakan perbuatan yang sangat sangat tidak terpuji.
Apalagi hal ini dilakukan oleh anak muda. Kejadian ini dilakukan DN
dengan sangat mudah, tanpa paksaan dan dengan penuh kesadaran. Jika kita
melihat kejadian ini tentu kita langsung menyimpulkan bahwa DN
mengalami gangguan jiwa atau psikologis.
Motif utama
penganiayaan ini dilandasi oleh perasaan tidak terima ketika cinta
ditolak oleh perempuan yang mulai kita sayang. Ketika cinta ditolak maka
dengan menganiaya orang yang sempat diutarakan perasaan sayang
kepadanya sebagai jalan pelampiasan rasa kecewa.
Motif seperti
itu sungguh sangat tidak wajar dan tidak masuk akal. Bagaimana bisa
cinta bisa berubah menjadi benci yang teramat dalam lantaran hanya
karena alasan cinta yang ditolak. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini
hanya masalah perasaan dan kecocokan alias chemistry. Masalah
cinta juga terkait penyatuan dua hati antara dua manusia yang berbeda,
tidak hanya berbeda jenis kelamin namun juga berbeda dalam banyak hal
meliputi karakter, sifat, hobi, dan lain sebagainya.
Perasaan cinta
dan kasih sayang memang merupakan hal fitrah yang dirasakan oleh semua
manusia. Ada perasaan cinta, ada perasaan untuk mencintai dan dicintai.
Ada rasa sayang, ada rasa untuk menyayangi dan disayangi. Hal ini sangat
manusiawi sekali dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita.
Kita juga tidak
dilarang untuk mengutarakan rasa cinta dan sayang kepada seseorang yang
telah membuat hati kita ‘dag dig dug’ tak karuan. Agar orang yang kita
ingin sayangi juga bisa memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita,
tentu dengan cara mengutarakan perasaan itu menjadi jalan yang sangat
wajar dan harus dilalui.
Walau demikian,
ketika rasa cinta dan sayang yang sempat kita utarakan kepada seseorang
ternyata tidak berjalan mulus alias ditolak, kita seharusnya bisa
menerima hal tersebut dengan lapang dada. Kita berhak untuk mengutarakan
cinta kasih sayang kepada seseorang, begitu juga sebaliknya bahwa ‘si
dia’ juga berhak untuk sekiranya tidak menerima cinta yang telah
diutarakan. Sekali lagi, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Cinta itu
suci. Ketika kejadian seperti diatas, cinta menjadi begitu ternoda
sehingga berubah menjadi benci dan rasa sakit.
Cinta itu
semestinya memberikan semangat kepada kita untuk berjuang. Berjuang
untuk bisa mendapatkan hati dari orang kita ingin sayangi. Jika
kesempatan awal dan pertama belum diterima, jika kita memang mencintai
dia maka yang perlu kita lakukan adalah berusaha meyakinkannya agar ia
bisa menerima cinta kita ketika telah melihat perjuangan yang kita
lakukan. Begitulah sejatinya cinta itu harus dilalui.
Semoga kejadian
yang dialami Ade sara dan teman saya, ER, tidak lagi terjadi di kemudian
hari. Semoga anak muda bisa mencerna akal sehatnya dengan baik. Semoga
sifat dari cinta itu yang sejatinya suci mampu juga menyucikan hati dan
logika kita sehingga tidak pernah terlintas dalam benak kita untuk
menyakiti orang yang akan, yang sempat dan yang pernah kita cinta dan
sayangi.
“Mencintalah
dengan penuh suka cita. Temukanlah sosok yang tepat yang bisa mencintai
dan menyayangi kita dengan penuh ketulusan. Sabarlah menanti kedatangan
sosok yang sebenarnya telah ditentukan Tuhan untuk kita. Kita hanya
perlu berusaha menemukannya. Bersabarlah dengan penuh keindahan. Tuhan
itu sayang kepada hamba-Nya maka pasti Tuhan menyiapkan seseorang yang
akan menyayangi kita dengan penuh kesahajaan nantinya.” (AFP)
sumber : http://muda.kompasiana.com/2014/03/15/cinta-ditolak-psikopat-bertindak-641632.html
0 komentar:
Posting Komentar